Berenang gaya dada adalah salah satu gaya renang yang paling populer dan sering diajarkan, sebagian karena kemudahannya dalam teknik mengambil napas. Bagi banyak perenang, terutama pemula, aspek pernapasan bisa menjadi tantangan, namun dengan pemahaman yang benar, gaya dada memungkinkan pengambilan napas yang sangat nyaman dan efisien. Pada hari Senin, 14 Juli 2025, dalam sesi pelatihan renang rutin di Pusat Akuatik Nasional Jakarta, pelatih kepala Bapak Budi Santoso menekankan pentingnya sinkronisasi gerakan tubuh dengan pengambilan napas. “Kunci utamanya adalah ritme,” ujar Bapak Santoso, yang sudah melatih sejak tahun 2000. Beliau menambahkan bahwa latihan rutin dapat membantu perenang menemukan irama yang tepat, sebagaimana observasi yang dilakukan oleh tim pengamat dari Bidang Olahraga Air, Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta, pada pukul 09.00 WIB.
Teknik mengambil napas yang benar dalam gaya dada dimulai saat lengan melakukan gerakan “tarikan” ke samping dan ke bawah. Pada momen ini, kepala akan secara alami terangkat ke permukaan air, memungkinkan mulut untuk keluar dari air dan menghirup udara dengan cepat. Penting untuk tidak mengangkat kepala terlalu tinggi atau terlalu lama, karena hal ini dapat mengganggu keseimbangan tubuh dan menyebabkan hambatan. Setelah menghirup udara, buang napas perlahan melalui mulut atau hidung saat kepala kembali masuk ke dalam air. Ini adalah persiapan untuk pengambilan napas berikutnya. Bapak Santoso menjelaskan bahwa perenang seringkali menahan napas saat kepala di dalam air, padahal seharusnya mereka mulai membuang napas secara bertahap. Hal ini juga ditekankan dalam panduan pelatihan renang yang diterbitkan oleh Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) pada tahun 2023, yang menyarankan latihan pernapasan berulang.
Untuk mencapai teknik mengambil napas yang nyaman dan efektif, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan posisi tubuh tetap horizontal mungkin saat kepala terangkat untuk bernapas. Kedua, lakukan gerakan tarikan lengan dengan kuat dan simetris agar dorongan ke atas cukup untuk mengangkat kepala tanpa usaha berlebihan. Ketiga, usahakan pengambilan napas dilakukan dengan cepat dan efisien, seperti “menghisap udara” daripada hanya membuka mulut. Keempat, sinkronkan pengambilan napas dengan setiap siklus kayuhan lengan dan tendangan kaki. Misalnya, beberapa perenang merasa lebih nyaman mengambil napas setiap satu kali kayuhan, sementara yang lain mungkin setiap dua kali kayuhan, tergantung pada tingkat kenyamanan dan efisiensi masing-masing.
Pentingnya teknik mengambil napas yang optimal tidak hanya berpengaruh pada kenyamanan, tetapi juga pada performa renang secara keseluruhan. Dengan pernapasan yang teratur dan efisien, perenang dapat mempertahankan kecepatan dan stamina lebih lama, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan efektivitas setiap kayuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah laporan kinerja atletik yang dirilis oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada 10 Juni 2025, tercatat bahwa perenang dengan pola pernapasan yang konsisten menunjukkan peningkatan waktu rata-rata sebesar 5% dalam jarak menengah. Ini menunjukkan betapa krusialnya penguasaan pernapasan dalam setiap sesi latihan dan kompetisi.
